Rabu, 10 November 2010

Resume Psikogenomik



Psikogenomik
Psikologi dan gen
Di dalam ilmu psikologi terdapat 3 aliran besar yang sangat mempengaruhi di tingkat praktikal. Aliran  itu adalah :
1.       Aliran Psikoanalisis
Tokoh psikoanalisis yang paling terkenal adalah Sigmund Freud, dimana dia menekankan pengamatannya pada factor internal yang melekat di manusia. Konsep psikoanalisis yang paling populer adalah mengenai id, ego, dan super ego serta pembentukan kepribadian karena dorongan kekuatan yang tidak disadari dan bersifat irasional. Aliran ini lebih mengedepankan potensi internal sebagai variabel independen pembentukan tingkah laku manusia.
2.     Aliran Behavioristik
Di kemukakan oleh Skinner. Menurut aliran behavioristik, manusia adalah makhluk yang fleksibel, peka terhadap perubahan lingkungan dan dalam proses perkembangan kepribadiannya mendapat stimulus dari lingkungan.
3.     Aliran Humanistik
Aliran humanistik dari Abraham Maslow mengatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk mulia yang cenderung pada kebajikan. Nilai kebaikan yang diyakini ini kemudian berusaha diaktualisasikan melalui berbagai proses interaksi yang terjadi di lingkungan. Menurut pendekatan humanistic, lingkungan dan potensi internal sama-sama memiliki peluang untuk membentuk kepribadian dan perilaku manusia.
Dari ketiga aliran tersebut di atas jika di disarikan sebagai elemen yang tidak terpisahkan (Gestalt) maka akan didapatkan hipotesa bahwa manusia memiliki potensi dasar yang melekat pada dirinya, mampu mengembangkan mekanisme interaksi, mampu membangun mekanisme defensive, dan mampu mengaktualisasikan nilai-nilai yang diyakininya dan dianggap mulia.

Saat ini tingkat kendali hayati yang dianggap paling fundamental adalah genom. Genom adalah keseluruhan kumpulan gen-gen yang terdapat disetiap sel-sel individu organisme. Setiap sel tubuh manusia memiliki kandungan kromosom yang di dalamnya terdapat untaian asam nukleat yang disebut DNA. Secara structural DNA terbagi atas daerah-daerah yang disebut dengan ekson dan intron. Ekson adalah daerah yang mengkode protein, sedangkan intron adalah daerah yang tidak mengkode protein. Maka dengan mengenal konsep psikologi molekuler yang bertumpu kepada fungsi genomic manusia dan hubungannya dengan pembentukan sikap serta perilaku, kita akan terbantu untuk lebih dapat memahami konsep fitrah, potensi dasar, dan cara-cara mengoptimalkan serta mengendalikan potensi yang telah melekat sebagai bagian dari karakter genomic.

Salah satu konsep genetika yang terkait erat dengan psikologi dan perilaku adalah pola-pola hereditas yang terkadang menyimpang dari hukum Mendel. Interaksi dari beberapa gen yang sumber gennya di tingkat induk tidak memunculkan fenotip (sifat fisik hasil ekspresi gen), ternyata dapat memunculkan sifat baru di tingkat turunan. Penyimpangan yang juga sangat unik adalah mekanisme epistasis dan hipostasis. Pada mekanisme ini ada gen dominan yang mampu menutup atau menghambat fungsi ekspresif dari gen dominan lainnya. Gen yang mendominasi tersebut disebut epistasis dan yang terdominasi disebut hipostasis. Mekanisme ini menunjukkan kepada kita bahwa meski ada beberapa sifat orangtua yang dominan secara individual, tetapi ternyata bisa dikendalikan oleh gen dominan yang lain ketika sudah sampai di tingkat keturunan.


Pola pewarisan sifat baik yang mengikuti hukum Mendel maupun penyimpangannya, akan ada beberapa individu yang memiliki sifat genetis (baik genotip maupun fenotipnya) yang berbeda dengan mayoritas populasi. Sifat ini dapat bersifat resesif non letal ataupun sifat dominant tersamar yang muncul karena adanya interaksi antar alel. Secara factual karakter genotip  dan fenotip ini sulit untuk berubah. Hanya mutasi radikallah yang dapat menghapus atau mengubah genotip yang telah berbnetuk, dan untuk itupun diperlukan intensitas mutagen dan waktu perubahan yang sangat panjang. Pada kasus mutasi gen BRCA I, 2, 3 yang dialami sebagian wanita, tidak semuanya berakhir dengan incident kanker payudara. Padahal keluarga gen BRCA telah diketahui merupakan salah satu factor yang turut menentukan probabilitas munculnya kanker payudara. Demikian pula pola pewarisan genotip gen-gen yang terkait dengan Alzheimer. Tidak selalu orang-orang bergenotip rentan Alzheimer terkena Alzheimer. Pemetaan genom menunjukkan bahwa Alzheimer diduga kuat berkolerasi dengan ekspresi gen ApoE (ApolipoproteinE) yang terdapat dikromosom 19. Hasil penelitian genetika komunitas memberikan gambaran bahwa orang yang memiliki I alel ApoE4 beresiko terkena Alzheimer 4 kali lebih tinggi dibandingan dengan orang yang tidak memilikinya. Sedangkan bila orang yang memiliki 2 alel ApoE4 yang diturunkan dari kedua orangnya, maka resikonya terkena Alzheimer meningkat menjadi sepuluh kali lebih tinggi. Sementara orang-orang dengan ApoE3 dan 2 memiliki resiko yang sangat rendah. Mengacu pada data dan fakta ini perlu ditelusuri lebih lanjut kemungkinan adanya factor-faktor yang memiliki kemampuan menginhibisi ekspresi gen ApoE4, ataupun gen-gen apa saja yang mungkin menjadi enhansternya. Selain gen-gen yang terpetakan langsung sebagai bagian dari promoter atau inhibitor, perlu diperhatikan juga jalur patofisiologi yang dilalui dan distimulasi oleh keberadaan protein ApoE4. Dengan mengetahui jalur dan hubungan antara molekul ApoE4 dengan kerusakan degeneratif jaringan saraf akan dapat dikembangkan system pencegahan atau pengendalian kerusakan jaringan. Kajian terhadap peran single gen terhadap munculnya suatu penyakit (dianggap korelasional kausatif) juga perlu di evaluasi secara hati-hati karena ada sebuah penelitian genetika yang berusaha mengorelasikan antara keberadaan gen HLA-AI banyak ditemuakn dipopulasi mongoloid atau etnis oriental, wajar jika mereka pandai memakai sumpit. Dalam hal ini terjadi bias budaya dalam penelitian genetika. Sedangkan pada riset tentang gen IGF2R (Insulin Like Growth Factor-2 Receptor) yang terdapat dikromosom 6 dan diduga sebagai gen yang mempengaruhi tingkat inteligensia (IQ), terutama Alel 5nya, telah ditemukan fakta bahwa tidak selamanya orang tanpa Alel 5 IQ nya rendah. Ada banyak factor yang perlu dipertimbangkan dalam menilai proses pengekspresian gen dan juga efek yang ditimbulkannya.
Belajar dari kemampuan adaptasi bakteri dalam quorum sensing dan kecanggihan pola-pola komunikasi ditingkat mikroba, membuktikan bahwa gen bersifat adaptif dan dapat diekspresikan serta dikendalikan apabila prasyarat regulasinya terpenuhi. Salah satu mekanisme penyimpangan hokum Mandel yang disebut kriptometri juga menunjukkan bahwa segregasi Alel saja dapat ditentukan oleh kondisi lingkungan. Genom akan menyesuaikan tampilannya selaras dengan kondisi lingkungan yang akan ditempatinya.
Upaya konstruktif untuk mengendalikan sifat yang kurang menguntungkan dan mengoptimalkan sifat-sifat yang “seper dahsyat” (terutama yang terkait dengan fungsi mental luhur), dapat dilakukan dengan proses berlatih dan membangun sirkuit-sirkuit neuronal yang persisten. Peran genom selaku pembawa peluang deterministic yang nyaris setara dengan pengaruh lingkungan.
Dari beberapa kesimpulan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa sesungguhnya Allah SWT telah memberikan kesempatan seluas-luasnya bagi kita (manusia) untuk mengembangkan dan memperbaiki diri. Dimana semua proses yang menjadi konsekuensi pengembangan diri tersebut menghablul dalam niat, doa, ikhtiar dan konsistensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar